Bank Indonesia (BI) adalah
bank sentral Republik Indonesia dimana tujuan tunggalnya menjaga kestabilan nilai mata uang rupiah baik terhadap barang dan jasa serta kestabilan terhadap nilai kurs mata uang negara lain. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia memiliki tiga pilar tugas utama yaitu bidang moneter, perbankan Indonesia dan sistem pembayaran nasional. Sebelum menjadi bank sentral di Indonesia, ada sejarah panjang yang akan admin jabarkan berdasarkan sumber dari
website Bank Indonesia.
Sejarah Bank Indonesia
Sebelum menjadi bank sentral yang independen di Indonesia, sejarah awalnya dimulai dari tahun 1828 dimana pada saat itu didirikannya De Javasche Bank (DJB) oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai bank sirkulasi yang mengatur kegiatan perbankan di Indonesia. Untuk selengkapnya mari kita ulas satu persatu mulai dari sejarah perbankan di Indonesia.
Sejarah Perbankan di Nusantara
Untuk diketahui sebelumnya pada tahun 1746, VOC yang merupakan Kongsi Dagang atau Perusahaan Hindia Timur Belanda yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia ini mendirikan sebuah lembaga bank yang bernama De Bank van Leening yang selanjutnya berubah menjadi De Bank Courant en Bank van Leening pada 1752. Tujuan dibentuknya lembaga bank tersebut adalah untuk memperlancar dan mempermudah aktivitas perdagangan VOC di Nusantara, dimana bank tersebut merupakan bank pertama yang beroperasi di Nusantara dan menjadi cikal bakal perbankan di Indonesia selanjutnya. Pada akhir abad ke-18, VOC telah mengalami banyak kemunduran, bahkan kebangkrutan sehingga selanjutnya kekuasaan VOC di nusantara diambil alih oleh Kerajaan Belanda dan membentuk pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia.
Sejarah Bank Sirkulasi masa Pemerintahan Hindia Belanda
Kondisi keuangan di Hindia Belanda pasca VOC dianggap kacau sehingga diperlukan penertiban dan pengaturan sistem pembayaran yang baru dalam bentuk lembaga bank, maka munculah gagasan dibentuknya bank sirkulasi. Pembentukan bank sirkulasi ini juga didesak juga oleh para pengusaha di Batavia guna memenuhi kepentingan bisnis mereka, dan akhirnya pada tanggal 28 Januari 1828 pemerintah Hindia Belanda mendirikan bank sirkulasi dengan nama De Javasche Bank (DJB) berdasarkan oktroi (surat kuasa) dan dibawah wewenang Kerajaan Belanda.
 |
Uang Gulden cetakan De Javasche Bank tahun 1929 |
Selama berpuluh-puluh tahun De Javasche Bank (DJB) beroperasi dan berkembang di tanah air hingga akhirnya Pada 31 Maret 1922 diundangkan De Javasche Bankwet (DJB Wet). Pada periode ini DJB berkembang pesat dengan 16 kantor cabang diseluruh Indonesia, antara lain: Bandung, Cirebon, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, Malang, Kediri, Kutaraja, Medan, Padang, Palembang, Banjarmasin, Pontianak, Makassar, dan Manado, serta kantor perwakilan di Amsterdam, dan New York.
 |
Kantor pertama De Javasche Bank di Batavia |
 |
Kantor cabang De Javasche Bank di Padang |
|
 |
Kantor cabang De Javasche Bank di Yogyakarta |
|
 |
Kantor cabang De Javasche Bank di Medan |
|
DJB pada Masa Pendudukan Jepang
Pada tahun 1940-an Perang Dunia II terjadi di Eropa yang akhirnya merembet ke daerah Asia Tenggara menyebabkan berbagai konflik dan ketidakstabilan dalam bidang politik, industri dan keuangan. Invasi Jepang mulai ke penjuru Asia setelah melakukan serangan militer ke pangkalan laut militer Amerika di Pearl Harbour Hawaii. Tentara jepang datang ke Indonesia pada tahun 1942 melakukan perang dan melucuti semua tentara Belanda dan memaksa penyerahan seluruh aset yang dimiliki oleh pemerintah Hindia Belanda termasuk aset bank kepada mereka dan selanjutnya Jepang membentuk Nanpo Kaihatsu Ginko melanjutkan tugas dalam mengedarkan invansion money yang dicetak oleh Jepang dalam tujuh denominasi, mulai dari satu hingga sepuluh gulden. Pada saat menjelang akhir pendudukan Jepang, Jepang juga mencetak uang baru berbahasa Indonesia yang dinamakan "Rupiah Hindia Belanda" sebagai bagian dari upaya menarik hati masyarakat Indonesia.
 |
Rupiah Hindia Belanda terbitan Jepang |
 |
Uang Gulden terbitan Jepang |
Hingga bulan Maret 1946, jumlah uang yang beredar di wilayah Hindia Belanda berjumlah sekitar delapan milyar gulden. Hal tersebut menimbulkan hancurnya nilai mata uang dan memperberat beban ekonomi Hindia Belanda.
Sejarah Uang Indonesia dan DJB masa Revolusi Indonesia
Karena desakan invasi dari negara sekutu setelah membumihanguskan Nagasaki dan Hirosima dengan bom atom, akhirnya Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945, dalam masa vakum tanpa pemerintahan, segera pemuda Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Namun pemerintahan Belanda datang kembali menguasai wilayah Indonesia dan membuat pemerintahan sendiri yang disebut Nederlandsche Indische Civil Administrative (NICA), yang akhirnya berubah menjadi Republik Indonesia Serikat, membuka kembali akses-akses bank bekas pendudukan Jepang dan menugaskan kembali DJB menjadi bank sirkulasi mengambil alih peran Nanpo Kaihatsu Ginko. Sementara itu, wilayah yang dikuasai oleh Republik Indonesia, dibentuk Jajasan Poesat Bank Indonesia (Yayasan Bank Indonesia) yang kemudian menjadi Bank Negara Indonesia (BNI) sebagai bank sirkulasi berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.2/1946.
 |
Oeang Republik Indonesia tahun 1945 |
 |
Uang rupiah versi Republik Indonesia Serikat (RIS) |
Pada tahun 1945, pemerintah RI menerbitkan uang pertama Republik Indonesia yang diberi nama Oeang Republik Indonesia (ORI). Kendati demikian situasi perang kemerdekaan, politik dan terbatasnya pengakuan dunia sangat menghambat peran BNI sebagai bank sirkulasi di Indonesia. Pada tahun 1949, Konferensi Meja Bundar (KMB) memutuskan DJB sebagai bank sirkulasi untuk Republik Indonesia Serikat dan Bank Negara Indonesia sebagai bank pembangunannya.
Terbentuknya Bank Sentral di Indonesia
Singkat cerita pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS) yang dibentuk Belanda tidak berlangsung lama dan bubar pada tanggal 17 Agustus 1950 karena berbagai tekanan dan konflik perang dari berbagai daerah di tanah air sehingga seluruh tanah air Indonesia kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pada saat itu, kedudukan DJB tetap sebagai bank sirkulasi yang mempunyai peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian Indonesia. Sejak berlakunya Undang-undang Pokok Bank Indonesia pada tanggal 1 Juli 1953, bangsa Indonesia telah memiliki sebuah lembaga
bank sentral dengan nama
Bank Indonesia.
Namun dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia tidak sepenuhnya menjadi lembaga Bank Sentral Indonesia. Tanggungan berat perekonomian negara pasca perang, kebijakan moneter Indonesia dipegang langsung oleh pemerintah sendiri. Sementara itu, pada periode tersebut pemerintah memperkuat sistem perbankan melalui pendirian bank-bank baru. Banyaknya berbagai jenis cetakan mata uang yang beredar di masyarakat setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, memaksa pemerintah melakukan penyeragaman mata uang.
Baca juga: Sejarah Perubahan Uang Rupiah Lama hingga Uang Baru 2016
Hingga tahun 1965 struktur perbankan di Indonesia mulai stabil secara bertahap di arahkan ke Bank Sentral dan menetapkan kembali kebijakan pemerintah dibidang moneter serta perbankan melalui sidang umum MPRS III dan pada tahun 1968 Undang-Undang tentang Bank Sentral ditetapkan, maka secara de jure bank sentral Republik Indonesia memperoleh nama dan fungsinya kembali yaitu Bank Indonesia.
 |
Uang rupiah tahun 1960 dengan logo Bank Indonesia (BI) |
Sejak saat itu, Bank Indonesia berfungsi sebagai bank sentral dan sekaligus membantu pemerintah dalam pembangunan dengan menjalankan kebijakan yang ditetapkan pemerintah dengan bantuan Dewan Moneter. Setelah orde baru berlalu, Bank Indonesia dapat mencapai independensinya melalui UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia yang kemudian diubah dengan UU No. 3/2004. Sejak saat itu, Bank Indonesia memiliki otonomi khusus sebagai lembaga negara yang independen dan bebas dari campur tangan pemerintah dan/atau pihak-pihak luar lainnya. Bank Indonesia dipimpin oleh seorang Gubernur yang dalam melaksanakan tuga-tugasnya harus mempertimbangkan pula kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian.
Metamorfosa Logo Bank Indonesia
Sebagai bank sirkulasi, DJB turut berperan aktif dalam mengembangkan sistem perbankan nasional terutama dalam penyediaan dana kegiatan perbankan seperti mencetak dan mengedarkan uang.
 |
Metamorfosa Logo Bank Indonesia di Museum BI |
Logo-logo yang ditampilkan pada gambar di atas, baik logo De Javasche Bank maupun logo Bank Indonesia bukanlah logo resmi melainkan logo-logo yang pernah dipakai untuk uang-uang terbitan DJB dan BI di masing-masing zamannya. Logo Bank Indonesia digunakan sejak tahun 1990-an dimana merupakan logo resmi yang digunakan sebagai logo korporat.
Logo
Bank Indonesia berakar pada logo De Javasche Bank dan telah mengalami perubahan dari masa ke masa. Pada awal berdirinya, logo Bank Indonesia mengadaptasi logo De Javasche Bank dengan mengubah huruf J menjadi huruf I tanpa mengubah unsur lainnya. Seiring waktu, dengan pertimbangan estetika dan citra bank sentral yang diembannya, logo Bank Indonesia diubah menjadi lebih solid, tegas, dan berwibawa seperti yang kita lihat sekarang ini.
Perubahan logo Bank Indonesia dari masa ke masa
Berikut ini perubahan logo Bank Indonesia (BI) dimana awalnya merupakan logo De Javasche Bank (DJB) dari tahun ke tahun:
 |
Logo BI/DJB tahun 1870 |
 |
Logo BI/DJB tahun 1918 |
 |
Logo BI/DJB tahun 1930 |
 |
Logo BI/DJB tahun 1930 versi II |
 |
Logo BI/DJB tahun 1930 versi III |
 |
Logo BI/DJB tahun 1948 |
 |
Logo BI/DJB tahun 1950 |
 |
Logo BI tahun 1979 |
 |
Logo Resmi BI tahun 1990 |
 |
Logo Resmi BI tahun 2000 |
Demikian
sejarah panjang Bank Indonesia dan
Metamorfosa Logo BI/DJB dari masa pemerintahan Hindia Belanda hingga saat ini, kedudukan Bank Indonesia tidak sejajar dengan Lembaga Tinggi Negara serta Departemen Pemerintahan, karena kedudukan Bank Indonesia berada di luar Pemerintah. Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien (sumber:
wikipedia). Semoga artikel ini bermanfaat serta menambah wawasan, jangan lupa untuk dibagikan agar seluruh masyrakat Indonesia makin cerdas :)
EmoticonEmoticon